Pendahuluan
Symphoni Nusantara
"Pada mulanya adalah sunyi,
lalu tercipta bunyi. Benda benda dan partikel saling beradu membentuk
persenyawaan hingga tercipta harmoni dari suara dan nada yang saling
berkelindan. Dalam buaian harmoni itulah kita saling mengenal dan mengekalkan
tanda hingga sebuah keajaiban bernama bahasa dan irama tersusun dan terus
bergerak memperluas cakrawala yang kita huni. Demikianlah Indonesia disusun
dari harmoni Nusantara yang terus berdialog dalam aransemen budaya hingga terbangun
symphoni kebangsaan yang saat ini kita banggakan. Musik mengajarkan kita
membangun symphoni dalam harmoni yang damai."
Itu adalah kutipan yang tertera di
dinding Museum NTB. Kalimat indah itu dipajang di dinding Museum dalam rangka Pameran
Alat Musik Tradisonal Nusantara yang berlangsung dari tanggal 15 - 30
September 2012.
Pameran ini merupakan event ke-3
yang digelar setelah di Museum Nasional Jakarta pada 2010, dan Museum Negeri
Jambi pada 2011, yang menampilkan ratusan jenis alat musik dari 29 museum
negeri di Indonesia. Pameran alat musik tradisional nusantara 2012 ini
menekankan symphoni nusantara yang mengusung visi dialog budaya tanpa batas
ruang etnisitas. Selain memamerkan alat musik tradisional, juga digelar diskusi
permuseuman dan dunia pendidikan, pentas musik tradisional dan rapat penentuan
tuan rumah pameran alat musik tradisional nusantara tahun berikutnya. Kegiatan
tersebut bertujuan memperkenalkan keberagama alat musik nusantara secara lebih
luas, sebagai bukti peradaban bangsa.
Beberapa alat musik yang dipajang di
Museum NTB pada pameran kali ini :
1.
Burdah/Gendang
Oku
Burdah
dimainkan sebagai pengiring lagu bernuansa Islam seperti barzanji saat acara
keagamaan yang dapat dimainkan tunggal ataupun berkelompok (Koleksi Museum Balaputradewa
Sumatera Selatan)
2. Gendang Silat
Berupa gendang berkepala ganda. Digunakan sebagai pengatur
irama dalam mengiringi lagu, sebagai penentu dan pengubah gerak tari pada tari
silat (Koleksi Museum Sang NIla Utama Riau)
3.Gong
Dimainkan untuk mengiringi alat musik lain, terbuat dari bahan perunggu atau kuningan
4. Geduk
Serupa
dengan gendang yang pada bagian kedua sisinya ditutupi dengan membran dari
kulit binatang dan diikat dengan tali rotan.
5. Calung Bungbung
Awalnya
merupakan permainan masyarakat pedesaan yang bertujuan untuk menghibur diri,
dimainkan oleh remaja atau pria dewasa disela kesibukan mengolah sawah.
6. Sape
Alat
musik petik dengan dua senar. Pada bagian puncak biasanya dihiasi dengan motif
naga yang merupakan hewan mistik bagi masyarakat dayak. (Koleksi Museum Negeri
Prov. Kalimantan Barat)
7. Sampek
Alat
musik petik yang memiliki tiga senar. Biasanya bagian puncak sampek dihias
dengan ornamen kepala buring Enggang yaitu hewan sakral masyarakat Dayak
Kenyah. (Koleksi Museum Mulawarman Kalimantan Timur)
8. Amyen/Trompet (atas) dan Yi (dua
bawah)
Amyen
adalah alat musik tiup yang digunakan untuk mengiringi tarian dan memanggil
serta memberi tanda bahaya saat perang. (Koleksi Museum Loka Budaya Uncen
Papua). Sedangkan Yi digunakan untuk memanggil penduduk dan juga untuk
mengiringi acara tari tarian (Koleksi Museum Negeri Provinsi Papua)
9. Kadire (kiri) dan Keledi (kanan)
Termasuk
alat musik tiup. Sumber bunyinya berasal dari tempurung kelapa yang berfungsi
sebagai pengatur nada. Dimainkan saat upacara adat masyarakat Dayak Kenyah
(Koleksi Museum Mulawarman Kalimantan Timur), Sedangkan Keledi dibuat dari buah
labu yang sudah tua kemudian dikeluarkan isinya, direndam selama satu bulan dan
selanjutnya dikeringkan (Koleksi Museum Negeri Prov. Kalimantan Barat)
10. FUU
Fuu adalah alat music tiup dari
bahan kayu dan bambu yang di gunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil
penduduk dan mengiringi tari-tarian masyarakat suku asmat, Kabupaten merauke
provinsi Papua.
11. Tanjidor
Tanjidor (kadang hanya disebut tanji)
adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19 atas rintisan Augustijn
Michiels atau lebih dikenal dengan nama Mayor Jantje di daerah Citrap atau
Citeureup. Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan
alat-alat musik tiup, alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi.
Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan
Selatan sudah punah.
12. Sasando
Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal
dari pulau Rote, Nusa
Tenggara Timur.
Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu,
yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di
kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen
petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.
13. Angklung
Angklung
adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang
secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat
dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan
(bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi
yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik
besar maupun kecil.
14. Rebana
Rebana (Bahasa Jawa: Terbang) adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. ini merupakan symbol kota bumiayu .terbuat Bingkai berbentuk lingkaran
dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi
untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura yang sering memakai
rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambus, kasidah dan hadroh.
15. Biola
Biola adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek.
Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain dengan
interval
sempurna kelima.
16. Kecapi
Kecapi merupakan alat musik petik yang berasal dari Jawa
Barat, biasa digunakan sebagai pengiring suling sunda atau dalam musik lengkap,
sampai saat ini masih terus dilestarikan dan dijadikan kekayaan seni Sunda yang
sangat bernilai bagi masyarakat asli Jawa Barat.
17. Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara
menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari
ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk
pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada
pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
18. Saron
Saron (atau disebut juga ricik) adalah
salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan.
Dalam satu set gamelan biasanya punya 4 saron, dan kesemuanya memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.
Dalam satu set gamelan biasanya punya 4 saron, dan kesemuanya memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.
19. Gula
Gending
Gula gending adalah sejenis jajanan pasar yang biasa
dijajakan dari rumah ke rumah. Gula gending yang populer di tahun 90-an ini kini
mulai tergeser dengan adanya jajanan yang dijual di toko-toko, supermaket dan
beberapa kios yang ada di sekitar rumah.
20. Tifa
Tifa adalah alat musik yang berasal dari maluku dan
papua, Tifa mirip seperti gendang cara dimainkan adalah dengan dipukul. Terbuat
dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan pada salah satu
sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah
dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. bentuknyapun
biasanya dibuat dengan ukiran. tiap suku di maluku dan papuamemiliki tifa
dengan ciri khas nya masing-masing.
Tifa biasanya
dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian
tradisional asmat,dan Tarian gatsi.
21. Kolintang
Kolintang atau kulintang adalah alat
musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar. Alat musik ini dimainkan
dengan diiringi oleh gong tergantung yang lebih besar dan drum.
22. Ceng Ceng
Ceng-ceng adalah bagian penting dari seperangkat
gamelan Bali. Di antara alat gamelan yang lain, dalam satu performa, ceng-ceng
memegang peran yang sangat penting.
Ceng-ceng Bali ini
juga dikenal dengan sebutan ceng-ceng ricik. Bahan terbuat
dari kayu nangka dan tembaga. Terdiri atas 6 (enam) buah logam bundar bagian
bawah dan 2 (dua) logam bundar bagian atas. Cara memainkan alat musik
tradisional Bali ini adalah dengan cara “memukulkan” bagian tembaga bundar yang
atas (berjumbai merah) ke bagian tembaga bundar bawah yang menghadap atas.
Sehingga timbullah suara ””ceng-ceng-ceng,…ceng-ceng-ceng,..”… Pemainnya
biasanya memegang kedua bagian yang atas dengan menggunakan kedua tanggannya
sehingga suaranya nyaring,keras dan khas simbal Bali…
LAPORAN
“PAMERAN ALAT MUSIK NUSANTARA”
DI SUSUN OLEH :
KELAS : X-1
SMAN 5 MATARAM (RSBI)
TH.PEL 2012/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar